Kisah Hikmah :: Ulama Penakluk Singa
Ibnu Thulun adalah seorang raja keturunan budak milik Amir Nuh bin Asad, anak buah Khalifah Makmun. Karena pengaruh lingkungan, Ibnu Thulun seperti memiliki dua akal. Yang satu seakan bersama malaikat, dan yang satunya bersama setan.
Saat memerintah dia bagai malaikat yang suci.Namun di lain waktu dia seperti setan yang jahat. Ketika jiwa malaikatnya muncul, dia cinta kebaikan dan beramal baik. Namun, saat jiwa setannya keluar dia bersikap jahat hingga rakyat tidak tahan lagi dan mengadu pada Imam Abil Hasan Ahmad bin Banan atau dikenal dengan Ibnu Banan. Seorang ulama yang dikenal berani menegakkan kebenaran dan tidak takut kepada celaan siapa pun.
Ibnu Banan bergegas menemui Ibnu Thulun yang sedang mengumpulkan menteri dan pemuka masyarakat.
Ia lalu berkata, "Wahai Ibnu Thulun, bertaqwalah pada Allah dan jangan menzalimi rakyat. Kelak, di hadapan Allah kau akan bertanggung jawab atas semua perbuatanmu, yaitu di hari ketika harta dan anak tidak bisa memberi manfaat apa-apa kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang lurus dan bersih. Ketahuilah, orang yang mendustai rakyatnya tidak akan mencium bau surga!"
Seketika, suasana dicekam keheningan. Bagaimana mungkin Ibnu Banan berani berbicara seperti itu di hadapan Raja.
Raja Ibnu Thulun bergetar, mukanya merah padam dan berkata dengan marahnya, "Hai Abu Hasan, bagaimana kau berani melakukan hal seperti itu di depan orang banyak? Tetapi tak apa, aku akan mengampunimu jika kamu mau meminta maaf kepadaku di hadapan orang banyak."
Ibnu Banan menjawab, "Aku tidak melakukan dosa. Aku memberi nasihat..!"
Dengan gusar Thulun berteriak pada prajuritnya, "Seret orang gila ini ke penjara! Siapkan singa paling ganas dan jangan beri makan selama tiga hari. Biar orang gila ini yang akan jadi santapannya!"
Ibnu Banan menyahut tenang, "Umur di tangan Allah. Kau hanyalah hamba dari sekian banyak hamba Allah. Kau tidak mampu memendekkan dan memanjangkan umurku."
Para prajurit menyeret Ibnu Banan dan menjebloskannya ke dalam penjara. Tiga hari kemudian, Ibnu Banan diambil dari sel dan diletakkan di tempat yang cukup lapang yang menyerupai kolosium. Orang-orang datang menonton singa kelaparan yang akan mencabik-cabik tubuh Ibnu Banan. Singa itupun langsung loncat dan mengaum keras bagai suara guntur. Orang-orang yang menonton sudah merinding, sedangkan Ibnu Banan tenang bersujud pada Allah Swt.
Tatkala singa mendekati Ibnu Banan, tiba-tiba berhenti lalu duduk dan menundukkan kepalanya. Ternyata ia tidak memangsa Ibnu Banan. Akan tetapi malah menjilati kaki beliau dan menggesek-gesekkan kepalanya pada Ibnu Banan penuh persahabatan.
Menyaksikan hal itu, semua orang yang menonton, menjadi takjub tak terkira. Lebih-lebih Ibnu Thulun dan para prajuritnya. Lalu, Ibnu Thulun memerintahkan kepada para prajurit untuk mengembalikan singa itu ke kandangnya dan membawa Ibnu Banan ke hadapannya. Ibnu Banan akhirnya kembali berdiri di hadapan Raja Ibnu Thulun dengan menegakkan kepalanya. Sang Raja bertanya, "Bagaimana keadaanmu, Abu Hasan?"
"Alhamdulillah, baik-baik saja seperti yang kau lihat. Aku hanya membaca firman Allah. "Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami." (QS Ath Thuur : 48). Seketika, Raja Ibnu Thulun bangkit dan mencium kepala Ibnu Banan, meminta maaf kepadanya dan membebaskannya. Wallohu a'lam.
Sumber : Nurul Hayat
Komentar
Posting Komentar