Terus Disalahkan Mertua
Pernikahan yang terjadi karena Anda hamil duluan, membuat ibu mertua
kerap menyalahkan Anda sebagai perusak masa depan suami. Walaupun sudah
menjalani pernikahan selama beberapa tahun, sikap ibu mertua masih saja
judes.
Menurut Irma Makarim, sikap ibi mertua yang tidak pro bisa jadi karena beliau takut disalahkan sebagai orang tua yang kurang bisa mendidik anaknya. Untuk menghindari tanggung jawab ini dan melindungi dirinya, memang paling mudah melemparkan kesalahan kepada orang lain, dalam hal ini Andalah yang jadi sasarannya.
Dalam kondisi seperti ini memang sulit melakukan pendekatan atau mengharapkan perubahan. Tetapi, tetaplah bersikap positif terhadap beliau. Mungkin suatu saat beliau menyadari dan bisa belajar dari bagaimana Anda bersikap dan nilai-nilai yang dijalani oleh keluarga Anda. Tentu, Anda, terutama suami, perlu menjaga tali silaturahmi dengan ibu mertua. Tetap memberi perhatian dan membantu bila dibutuhkan.
Sedangkan menurut psikolog Monty Satiadarma, ibu mertua belum mampu menerima Anda sebagai pasangan hidup anaknya, karena pernikahan Anda tidak didahului oleh restunya, melainkan oleh adanya desakan keadaan saat itu. Jadi, ada rasa keterpaksaan menerima pada dirinya saat itu yang hingga kini masih ia rasakan.
Menyiasati sikap judes seseorang bukan dengan jalan menjauhi, melainkan dengan sikap netral. Jika ia judes dan Anda menjauh, maka persepsinya atas diri Anda kian negatif. Sikap menjauh Anda merupakan bukti pendukung dari pandangan negatifnya terhadap diri Anda. Sebaliknya, jika Anda berupaya melakukan pendekatan berlebihan, ia mungkin merasa Anda cenderung berpura-pura karena ada maksud tertentu di balik itu semua. Atau, ia ingin mengukuhkan dirinya di hadapan Anda sebagai sosok otoritas yang selama ini kurang Anda hargai. Sikap netral tidak menunjukkan upaya berlebihan melakukan pendekatan, tidak juga menjauh, namun senantiasa memberi respons layak ketika dihubungi. Untuk lebih rincinya, ada baiknya Anda menghubungi konsultan keluarga. (f)
Sumber: http://www.femina.co.id
Menurut Irma Makarim, sikap ibi mertua yang tidak pro bisa jadi karena beliau takut disalahkan sebagai orang tua yang kurang bisa mendidik anaknya. Untuk menghindari tanggung jawab ini dan melindungi dirinya, memang paling mudah melemparkan kesalahan kepada orang lain, dalam hal ini Andalah yang jadi sasarannya.
Dalam kondisi seperti ini memang sulit melakukan pendekatan atau mengharapkan perubahan. Tetapi, tetaplah bersikap positif terhadap beliau. Mungkin suatu saat beliau menyadari dan bisa belajar dari bagaimana Anda bersikap dan nilai-nilai yang dijalani oleh keluarga Anda. Tentu, Anda, terutama suami, perlu menjaga tali silaturahmi dengan ibu mertua. Tetap memberi perhatian dan membantu bila dibutuhkan.
Sedangkan menurut psikolog Monty Satiadarma, ibu mertua belum mampu menerima Anda sebagai pasangan hidup anaknya, karena pernikahan Anda tidak didahului oleh restunya, melainkan oleh adanya desakan keadaan saat itu. Jadi, ada rasa keterpaksaan menerima pada dirinya saat itu yang hingga kini masih ia rasakan.
Menyiasati sikap judes seseorang bukan dengan jalan menjauhi, melainkan dengan sikap netral. Jika ia judes dan Anda menjauh, maka persepsinya atas diri Anda kian negatif. Sikap menjauh Anda merupakan bukti pendukung dari pandangan negatifnya terhadap diri Anda. Sebaliknya, jika Anda berupaya melakukan pendekatan berlebihan, ia mungkin merasa Anda cenderung berpura-pura karena ada maksud tertentu di balik itu semua. Atau, ia ingin mengukuhkan dirinya di hadapan Anda sebagai sosok otoritas yang selama ini kurang Anda hargai. Sikap netral tidak menunjukkan upaya berlebihan melakukan pendekatan, tidak juga menjauh, namun senantiasa memberi respons layak ketika dihubungi. Untuk lebih rincinya, ada baiknya Anda menghubungi konsultan keluarga. (f)
Sumber: http://www.femina.co.id
Komentar
Posting Komentar