Cahaya Hati :: Kenapa Engkau Mengeluh?

Sahabatku yang aku sayangi karena Allah.
Hidup kita ini, sesungguhnya hanya meniti jarak menuju titik kematian. Melewati waktu yang kian lama membawa kita pada keadaan yang makin mendekat dengan maut. Menghabisi sisa usia yang terus menerus berkurang dan kian sedikit, hingga mencapai ajal di akhirnya.

Hidup ini sangatlah singkat untuk mengeluh semua masalah-masalahmu, semua orang punya masalah yang berbeda hanyalah bagaimana sikap kita saat tengah dilanda masalah... itulah yang membedakan antara orang yang beriman dengan orang yang mudah putus asa.

Sebuah kisah renungan, mari kita telisik makna yang tersirat didalamnya.
Seorang anak mengeluh pada ayahnya : "aku cape, sangat cape. Aku belajar mati-matian sedang temanku dengan enaknya menyontek. Aku mau menyontek sajalah!
Aku cape karena harus terus membantu ibu, sedang teman-temanku punya pembantu.
Aku cape karena harus menabung, sedang teman-temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung.
Aku cape karena harus menjaga lidahku, sedang teman-temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati.
Aku cape ayah, cape menahan diri... Mereka terlihat senang! Aku ingin bersikap seperti mereka ayah!" sang anak mulai menangis.
Sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya : "Nak, ayo ikut ayah."
Mereka menyusuri jalan yang jelek, penuh duri, serangga, lumpur, dan ilalang.
"Yah, kita mau kemana? Aku tidak suka jalan ini. Lihat sepatuku jadi kotor, kaki-ku luka karena tertusuk duri. Badanku dikelilingi oleh serangga, berjalan pun susah karena banyak ilalang.. Aku benci jalan ini ayah!" Anaknya terus mengeluh.
Akhirnya mereka sampai di sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu-kupu, bunga-bunga yang cantik serta pepohonan rindang.
"Wah... Tempat apa ini Ayah? Aku suka sekali dengan tempat ini!"
"Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah."
"Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi padahal amat indah?"
"Itu karena tidak banyak orang yang mau menyusuri jalan yang jelek itu, padahal mereka tahu ada telaga di sini. Mereka hanya kurang sabar dalam menyusuri jalan ini.
Nak, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kejujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita dapat peroleh kemenangan."
Hidup adalah perjuangan untuk mengendalikan dan mengalahkan diri. Jalani hidup ini dengan penuh kesabaran serta syukur.
Sahabatku yang dirahmati Allah.

Coba renungkan penyampaian ini sebelum Anda mulai mengeluhkan berbagai hal yang terjadi dalam hidup Anda...

♥ Hari ini sebelum Anda mengatakan kata-kata yang tidak baik, pikirkan seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali.
♥ Sebelum Anda mengeluh tentang rasa dari makanan yang Anda santap, pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.
♥ Sebelum anda mengeluh tidak punya apa-apa, pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta di jalanan.
♥ Sebelum Anda mengeluh bahwa Anda buruk, pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk di dalam hidupnya.
♥ Sebelum Anda mengeluh tentang suami atau istri Anda, pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup.
♥ Hari ini sebelum Anda mengeluh tentang hidup Anda, pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat.
♥ Sebelum Anda mengeluh tentang anak-anak Anda, pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul.
♥ Sebelum Anda mengeluh tentang rumah Anda yang kotor karena pembantu tidak mengerjakan tugasnya. Pikirkan tentang orang-orang yang tinggal di jalanan.
♥ Sebelum Anda mengeluh tentang jauhnya Anda telah menyetir, pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan.
♥ Dan di saat Anda lelah dan mengeluh tentang pekerjaan Anda, pikirkan tentang pengangguran, orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti Anda.
♥ Sebelum anda menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain, ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa...

Sahabatku yang baik hatinya, masalah terbesar dan paling serius dari perjalanan ini adalah, ada di mana kaki kita melangkah. Persoalan paling penting selama rentang waktu hidup ini adalah bagaimana perilaku kita hingga kaki ada di ujung batas usia tak pernah kita tahu. Orang-orang shalih menyebut proses perjalanan usia yang dilakukan dengan benar hingga ajal dengan ungkapan : istiqamah.

Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan makna istiqamah adalah sikap lurus dan tetap di dalam ketaatan baik secara keyakinan, perkataan, maupun perangai secara terus menerus.
Itulah juga yang dipesankan Rasulullah saw, di kala seorang sahabatnya datang bertanya, "Ya Rasulullah, berikanlah aku wasiat yang tidak akan kutanyakan lagi kepada siapapun setelah engkau sampaikan."
Nabi saw menjawab begitu singkat, "ittaqillaha tsummas taqim" Bertakwalah kepada Allah, lalu istiqamahlah."

Saudaraku,
Rasulullah saw pun pernah menyatakan, "Surat Hud telah membuat kepala beruban." Beliau menjawab, "Benar." Rasul saw menjelaskan, bahwa diantara ayat yang menjadikannya seperti itu adalah firman Allah swt, "wastaqim kamaa umirta," istiqamahlah kamu sebagaimana engkau telah diperintahkan.
Barangkali saja ada di antara kita yang terkadang menganggap sikap istiqamah itu, menyulitkan, memberatkan. Padahal Allah swt berfirman : "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan." (QS Al Ahqaaf  46: 13-14)

Saudaraku,
Sungguh alangkah indahnya jika umur yang tersisa ini, umur yang penuh dengan kasih sayanh Allah, hari-hari yang kita lalui selalu sarat dengan maghfirah dan rahmat Allah.
Alangkah indahnya jikalau di sisa umur ini kita menjadi ahli sujud, yang selalu rindu bersujud kepada Allah, alangkah beruntungnya jika lidah ini selalu basah menyebut kalimah Allah, alangkah bahagianya andaikata hari terakhir kita kelak adalah hari yang penuh keikhlasan, apapun yang kita lakukan hanya Allah saja yang kita hanya Allah saja yang kita tuju, hari-hari yang kita jalani adalah hari-hari yang bersemangat untuk memperbaiki diri agar dicintai oleh Allah, hari-hari yang tersisa menjadi hari-hari yang bersemangat untuk mempersembahkan yang terbaik untuk-Nya, agar bisa menjadi bekal pulang.
Alangkah indahnya jikalau hari-hari yang tersisa ini menjadi hari-hari yang penuh dengan kemuliaan, penuh dengan kebaikan, kita menantikan saat kepulangan kita dengan penuh harap agar bisa wafat husnul khatimah.
Alangkah indahnya jikalau malaikat maut menjemput kelak, tubuh kita sudah bersih dari dosa-dosa, aib-aib sudah terhapus, orang-orang yang kita sakiti sudah mau memaafkan kita, tidak ada harta haram yang melekat pada tubuh ini.
Alangkah bahagianya jika malaikat menjemput kelak, tubuh kita terbasuh air wudhu, air mata kita sedang menetes merindukan Allah, lidah kita sedang lirih nan syahdu menyebut nama Allah, keringat bahkan darah kita sedang bersimbah di jalan Allah.
Alangkah beruntungnya andaikata saat kepulangan nanti kita benar-benar sudah siap, bekal cukup.
Duhai alangkah bahagianya kalau di akhirat nanti kita dipanghil Allah dengan seindah-indah panggilan. Kita dipertemukan oleh-Nya dengan kekasih-kekasihNya tercinta, para nabi rasul, juga syuhada' dan shalihin.
Alangkah damainya jika di akhirat nanti kita bertemu dengan Rasul kekasih kita Muhammad saw, hiduo bertetangga dengan beliau di surga Allah.
Sebaliknya, alangkah malangnya jika kita mati dalam keadaan tidak terampuni, dosa berlimpah, aib menggunung, kenistaan bagai berselimut yang membungkus. Mati dalam keadaan munafik. Mati di saat kita melakukan kemaksiatan dan dosa.

Saudaraku,
Mari tengadahkan tangan dan ucapkan, " Ya Allah tunjukkanlah kami jalan istiqamah dan karuniakan kami khusnul khatimah."
Ya Allah,
Aku cemburu padanya..
meskipun orang kaya, dia terasa sangat sederhana..
setiap hari, selalu dia mulai dengan qiamullail di sepertiga malam terakhir
dari matanya, terlihat dia sering menangis, meneteskan air mata dimalam hari..
tidak sampai disitu, dia langsung melanjutkan dengan shalat subuh ketika adzan terdenbar..
Ya Allah...
Sedangkan aku? Jam segitu, aku masih terlelap tidur, seakan gak peduli, betapa bearnya keutamaanMu  di waktu itu...
Ya Allah, aku cemburu padanya..
Wajahnya yang teduh,
menggambarkan betapa dia selalu berdzikir kepadaMu disetiap waktu..
Sedangkan aku? Jangankan mengingatMu..
Yang ada, aku selalu terlalai dengan kemaksiatan kepadaMu..
Ya Allah, aku cemburu padanya...
Setiap pagi seledai shalat subuh..
Secara sembunyi-sembunyi, dia selalu memasukkan uang ke kotak amal masjid.
Sedangkan aku? Jangankan setiap hari, setiap shalat Jumat pun, belum tentu aku memasukkan uang ke kotak amal...
Ya Allah, aku cemburu padanya..
Dia yang selalu on-time dalam shalat wajibnya dan rutin menunaikan shalat rawatib..
Setiap pagi, tidak lupa dia mulai dengan shalat rawatib..
Setiap pagi, tidak lupa dia mulai dengan shalat dhuha..
Sedangkan aku? Bukannya On-time shalat wajib, tapi asyik On-Line dengan facebook, atau berkumpul dengan teman-temanku.
Aku sangat cemburu padanya yaa Rabb..
Dia, ya, semoga dia itu adalah (kalian, wahai saudaraku, sahabat-sahabat terbaik...

Semoga Bermanfaat..





Sumber : temonsoejadi.wordpress.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

80 Gambar Cewek Fantasi Tercantik

6 Selebriti Cantik Ini Suka Pamer Payudara Indah di Media Sosial