Aku (Sampah)
Pagi Tuan dan Puan
Masihkah kalian malu-malu
Untuk mengatakan kebenaran dan nyalakan harapan?
Sedari tadi aku tetap mengamati
Mengendap-endap
Terkikik
Sesekali membeku dalam bingsal
Lalu Aku menyesal
Hai Tuan dan Puan
Masihkah kalian mengutuk-utuk
Menyumpah siapa saja yang meletakkanku di sembarang
Lalu kau lupa cela-mu kepadaku, duhai Tuan dan Puan.
Pernahkah kau merasa dimuliakan tetapi di lain sisi kau dicampakkan.
Lalu Aku menyesal
Ah, bukankah menjilat ludah sendiri adalah hal menjijikkan?
Lantas kenapa manusia memilih bangga melupa
Lalu hilang dalam cela
Barangkali Tuhan sedang terbahak
Dengan tingkahku-tingkahmu-tingkah (kita)
Yang lantang berani memeluk cela
Dan lupa untuk ucapkan Maaf
Lalu Aku Menyesal
Aku adalah sisi hitam sisa terbuang
Yang kelak menjadi saksi penghakiman
Penyesalan adalah penyesalan
Sesalku adalah harapan bagi yang mengabaikan
Sedang bagi yang lain akulah penyala
Merawatku adalah kemuliaan
Sebabku lingkungan indah bukan hanya asa hampa
Hanya dengan tidak mengabaikan
Sesalku hilang
Dan dunia akan damai
Masihkah kalian abai dan malu?
Lalu aku menyesal dan makin membeku
Diantara nadi-nadi akar hijau
Tersekat diantara tanah mati
*Tulisan ini terinspirasi dari sampah-sampah di kampus*
Sumber: green.kompasiana.com
Untuk mengatakan kebenaran dan nyalakan harapan?
Sedari tadi aku tetap mengamati
Mengendap-endap
Terkikik
Sesekali membeku dalam bingsal
Lalu Aku menyesal
Hai Tuan dan Puan
Masihkah kalian mengutuk-utuk
Menyumpah siapa saja yang meletakkanku di sembarang
Lalu kau lupa cela-mu kepadaku, duhai Tuan dan Puan.
Pernahkah kau merasa dimuliakan tetapi di lain sisi kau dicampakkan.
Lalu Aku menyesal
Ah, bukankah menjilat ludah sendiri adalah hal menjijikkan?
Lantas kenapa manusia memilih bangga melupa
Lalu hilang dalam cela
Barangkali Tuhan sedang terbahak
Dengan tingkahku-tingkahmu-tingkah (kita)
Yang lantang berani memeluk cela
Dan lupa untuk ucapkan Maaf
Lalu Aku Menyesal
Aku adalah sisi hitam sisa terbuang
Yang kelak menjadi saksi penghakiman
Penyesalan adalah penyesalan
Sesalku adalah harapan bagi yang mengabaikan
Sedang bagi yang lain akulah penyala
Merawatku adalah kemuliaan
Sebabku lingkungan indah bukan hanya asa hampa
Hanya dengan tidak mengabaikan
Sesalku hilang
Dan dunia akan damai
Masihkah kalian abai dan malu?
Lalu aku menyesal dan makin membeku
Diantara nadi-nadi akar hijau
Tersekat diantara tanah mati
*Tulisan ini terinspirasi dari sampah-sampah di kampus*
Sumber: green.kompasiana.com
Komentar
Posting Komentar