Tafakur :: Memalukan
Lazimnya, sebuah rekaman perilaku yang baik atau mulia, tak akan mungkin
timbul rasa malu meskipun diketahui orang lain. Bahkan perilaku
tersebut akan disenangi umumnya orang (normal), apalagi orang beriman.
Berbeda dengan rekaman dari akhlak yang buruk, akan sangat memalukan
rasanya, baik terhadap diri sendiri maupun bila diketahui orang lain.
Itulah dosa, memalukan rasanya. Sebagaimana disebutkan Rasulullah,
“...dosa adalah sesuatu yang menimbulkan kegalauan pada jiwamu, dan
engkau tidak senang perbuatan itu diketahui orang lain” (HR. Muslim).
Bayangkan kalau setiap hari rekaman dosa kita diperlihatkan oleh malaikat. Lebih memalukan lagi bila yang diperlihatkan itu adalah dosa yang sengaja dilakukan oleh penegak hukum atau orang-orang yang mengajak kepada kebaikan dan melarang melakukan perbuatan-perbuatan berdosa. Bukan tak mungkin setiap diri kita melakukan perbuatan dosa setiap hari, apalagi bila sudah hilang rasa malu. Rasa malu ibarat pagar. Atau malu bisa menjadi pencegah. Rasulullah menyebut malu sebagian bagian dari iman (HR. Bukhari dan Muslim). Sehingga bila hilang rasa malu, kita berpeluang melakukan apa saja.
Karena malu bersemayam di hati, semakin terkotori hati, semakin besar peluang memudar rasa malu bila berbuat jahat. Dosa dan malu saling mempengaruhi. Disebutkan oleh Rasulullah bahwa kotornya hati karena banyaknya dosa yang dilakukan. Setiap dosa merupakan noktah hitam bagi hati. Sehingga tak mengherankan bila tak muncul rasa malu lagi dari hati orang-orang yang gemar melakukan dosa. Karena itu, jalan yang terbaik adalah berusaha untuk tidak melakukan dosa.
Sumber : http://aceh.tribunnews.com
Bayangkan kalau setiap hari rekaman dosa kita diperlihatkan oleh malaikat. Lebih memalukan lagi bila yang diperlihatkan itu adalah dosa yang sengaja dilakukan oleh penegak hukum atau orang-orang yang mengajak kepada kebaikan dan melarang melakukan perbuatan-perbuatan berdosa. Bukan tak mungkin setiap diri kita melakukan perbuatan dosa setiap hari, apalagi bila sudah hilang rasa malu. Rasa malu ibarat pagar. Atau malu bisa menjadi pencegah. Rasulullah menyebut malu sebagian bagian dari iman (HR. Bukhari dan Muslim). Sehingga bila hilang rasa malu, kita berpeluang melakukan apa saja.
Karena malu bersemayam di hati, semakin terkotori hati, semakin besar peluang memudar rasa malu bila berbuat jahat. Dosa dan malu saling mempengaruhi. Disebutkan oleh Rasulullah bahwa kotornya hati karena banyaknya dosa yang dilakukan. Setiap dosa merupakan noktah hitam bagi hati. Sehingga tak mengherankan bila tak muncul rasa malu lagi dari hati orang-orang yang gemar melakukan dosa. Karena itu, jalan yang terbaik adalah berusaha untuk tidak melakukan dosa.
Sumber : http://aceh.tribunnews.com
Komentar
Posting Komentar